Pulau Obi: Di Tengah Gempuran Tambang, Lingkungan dan Warga Terpinggirkan

Admin
0


Malut / OBI / ReportasePulau Obi, sebuah wilayah kecil di Halmahera Selatan, Maluku Utara, kini menjadi sorotan nasional. Di balik statusnya sebagai pusat industri nikel Indonesia, pulau ini menyimpan cerita krisis yang jarang terdengar di tengah gegap gempita narasi “hilirisasi industri”.

Sejak 2018, PT Harita Group melalui anak perusahaannya seperti PT Trimegah Bangun Persada (TBP) dan PT Halmahera Persada Lygend, membangun industri pengolahan nikel berskala besar di kawasan ini. Investasi yang digadang-gadang sebagai langkah menuju energi hijau ini ternyata menghadirkan masalah serius bagi lingkungan dan masyarakat lokal.

Kerusakan lingkungan menjadi keluhan utama. Perairan di sekitar Obi kini keruh dan tercemar. Warga mengaku air sumur berubah warna dan berbau logam. Hutan mangrove di pesisir banyak yang rusak, dan hasil tangkapan nelayan semakin menurun. Penelitian Universitas Khairun Ternate menunjukkan adanya logam berat pada sejumlah biota laut, menandai ancaman serius terhadap ekosistem.

Selain itu, proyek ini juga menimbulkan konflik lahan. Warga kehilangan tanah garapan tanpa proses konsultasi yang transparan. Banyak yang mengaku lahannya diambil tanpa ganti rugi atau musyawarah yang adil. Ketika mereka bersuara, tidak sedikit yang mengalami intimidasi atau tekanan dari pihak tertentu.

Protes masyarakat Obi terus digaungkan, baik di lapangan maupun lewat aksi damai di Ternate dan Jakarta. Namun suara mereka seringkali kalah oleh kekuatan modal dan narasi pembangunan. Padahal, di balik keberhasilan industri nikel Indonesia, ada hak-hak dasar masyarakat yang terabaikan: hak atas tanah, air bersih, udara sehat, dan partisipasi.

Pihak Harita Group membantah semua tuduhan pencemaran dan menyatakan operasional mereka sesuai dengan standar lingkungan yang ditetapkan. Mereka juga mengklaim telah menggunakan teknologi pengolahan limbah modern dan menjalani audit berstandar internasional. Namun bagi warga, fakta di lapangan berkata lain.

Pulau Obi kini menjadi simbol konflik antara ambisi industrialisasi dan kelangsungan hidup masyarakat lokal. Ketika negara mengejar investasi dan target produksi nikel demi mendukung industri baterai dan kendaraan listrik, seharusnya prinsip keadilan sosial dan ekologis tidak diabaikan.


Repurtase HAL-SEL 

Posting Komentar

0 Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Ok, Go it!
To Top